Brilliant Time, Perpustakaan di Taiwan yang Bernuansa Khas Indonesia

Chang mengaku tidak pernah menghitung jumlah koleksi bukunya. Bahkan, menomorinya saja tidak sempat. Menariknya, hampir semua buku koleksi perpustakaannya merupakan sumbangan pengunjung yang datang. Terutama turis asing maupun pekerja migran. Mereka berasal dari berbagai negara. Termasuk dari para TKI (tenaga kerja Indonesia).

Di lantai 1 Brilliant Time, pengunjung akan disambut banyak buku tentang dan berbahasa Indonesia. Ada buku mengenai Presiden Joko Widodo berjudul The Furniture Salesman Who Became President. Buku kisah bergambar itu disusun Gunawan dengan teks bahasa Inggris oleh J. Casey Hammond. Kata Chang, buku tersebut dibawa seorang turis Amerika Serikat yang mampir ke tempatnya. Justru bukan orang Indonesia.

Buku-buku lain tertata rapi di rak yang menghiasi dinding. Banyak pilihan, buku lama maupun baru. Ada novel berjudul Teka-teki Cinta sang Pramusaji dan Janda-Janda Kosmopolitan, ada pula buku lawas Potret Inspiratif Perempuan Tionghoa-Indonesia.

Selain buku, ruangan itu kental warna Indonesia. Ada angklung, patung Punokawan (Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong), serta kipas tangan dari rotan dan tempat ikan nelayan khas Indonesia. Bendera Merah Putih juga ”berkibar” di langit-langit.

Satu lagi, di sudut rak terdapat kotak kaleng Khong Guan Biscuits, biskuit produksi Indonesia. Jawa Pos iseng mengintipnya. Jangan-jangan isinya rengginang atau kerupuk seperti di Indonesia bila biskuitnya sudah habis. Ternyata isinya potongan-potongan kertas.

Begitu menariknya ruangan itu, seorang mahasiswa asal Surabaya yang mengunjungi Brilliant Time menuliskan kesan di kertas, lalu menempelkannya di dinding ruangan tersebut. Begini bunyinya: Tempat ini sangatlah kece. Harusnya di Indonesia harus ada ginian juga. Salam dari Surabaya. Ferdika, FK Unair, in an exchange in Taiwan.

Di lantai 2 dan 3, pengunjung yang kebanyakan para pekerja pabrik bisa belajar kecakapan intelektual. Mulai menulis, melukis, sampai public speaking. Ada proyektor dan seperangkat alat audio. Juga ada white board untuk proses ajar-mengajar.

Seorang pekerja asal Vietnam melukiskan mimpinya di sana. Dia berharap suatu hari nanti bisa pulang ke kampung halaman, membeli tanah yang luas, dan menebari lahan subur dengan beragam tanaman. Dia ingin mendirikan sebuah rumah indah di tanah itu. ”Amazing,” ucap Truong, wartawan asal Vietnam, mengomentari lukisan tersebut.

Tinggalkan Balasan