Boaz Belum Maksimal

bandungekspres.co.id, JAYAPURA – Bomber Persipura Boaz Solossa masih belum menemukan ketajamannya. Hingga pertandingan keempat melawan Persela Lamongan, belum sebiji gol pun dia bukukan.

Boaz hanya memberi satu assist yang berbuah kemenangan saat melawan Persela. Kondisi ini membuat publik ikut bertanya ada apa dengan Boaz yang dikenal haus gol.

Analisa dari Soccer Analyser and Strength Conditioning Coach, Pahala Hutajulu ada tiga hal yang menjadi penyebab.  Pertama adalah Boaz mengalami kesulitan menciptakan gol disebabkan lawan-lawan yang dihadapi di tiga laga awal sebelumnya menerapkan strategi bertahan di kedalaman (deep defence), dengan menempatkan empat pemain tengah yang selalu meng-cover empat pemain bertahan, dengan tujuan mempersempit area sepertiga pertahanan.

Trend permainan model ini sedang populer di sepak bola dunia seperti yang diterapkan oleh Atletico Madrid dan Leicester City. Pelatih sekelas Paulo Carmago, Indra Syafri dan Nil Maizar pun meng-upgrade dengan baik permainan model ini ketika berhadapan dengan Persipura yang memiliki penyerang-penyerang cepat bertipe sprinter.

Hal yang kedua, harus diakui bahwa sumber utama gol Persipura berasal dari Boaz Solossa. Baik itu melalui gol yang diciptakannya sendiri atau memberikan umpan. “Namun Boaz akan sangat maksimal ketika berada dekat atau di dalam kotak penalti. Memaksimalkan akselerasi dan pergerakan horizontal dari halfspace yaitu ruang di antara area tengah dan sayap pada pertahanan lawan lalu memotong masuk ke dalam kotak penalti dengan cara melewati lawan,” beber Pahala.

Evaluasi dari tiga pertandingan sebelumnya Pahala melihat Boaz agak jauh dari kotak penalti. Hal ini tidak mengancam gawang lawan karena posisinya yang jauh dari daerah terlarang (kotak penalti) lawan. Lalu yang ketiga adalah duet penyerang James Koko Lomell dan Boakay Foday lebih banyak menjadi target man dengan selalu menempati ruang yang sama di dalam kotak penalti dan hanya siap menerima umpan crossing dari sayap atau through pass dari tengah hingga membuat area menyerang menjadi sempit karena jumlah pemain yang banyak.

“Dampaknya adalah sulit sekali untuk mencari momen melakukan akselerasi dribbling dan kombinasi passing, hal ini tentunya kontra produktif dengan ciri khas penyerang Persipura yang opsi menyerangnya lebih maksimal dari pergerakan penyerang yang melebar kemudian memotong masuk ke halfspace seperti yang sering dilakukan oleh Boaz  Solossa, Fery Pahabol dan Lukas Mandowen,” katanya.

Tinggalkan Balasan