Belajar dari Sang Ayah bahwa Berkarya Harus Jujur

Pesan Djenar Maesa Ayu Melalui Film Nay

 

Menonton dan membaca merupakan pengalaman spiritual bagi setiap orang. Terlebih, tontonan yang komunikatif bisa jadi inspirasi bagi penontonnya. Hal ini yang berusaha ditekankan Djenar Maesa Ayu dalam film terbarunya, Nay.

Silvya MU, Sumur Bandung.

IBU dua anak ini mengatakan, sejak kecil dirinya diajarkan oleh sang ayah untuk berkarya secara jujur. Lahir dari keluarga seniman, Djenar diajarkan untuk tidak memakai topeng sewaktu berkarya. ’’Berkarya itu harus jujur. Titik,’’ kata dia kepada Bandung Ekspres di kawasan Jalan Nias, Kota Bandung, belum lama ini.

Melalui film Nay, Djenar ingin membuktikan bahwa konflik dalam film tidak harus selalu soal cinta atau pengkhianatan. Menurutnya, setiap cerita sudah mapan. Artinya, cara bercerita juga penting. Bahkan dia menilai, film yang bagus itu tidak dilihat dari gambar dan sebagainya. ’’Tapi film itu komunikatif atau tidak. Mau bikin horor, malah jadi komedi. Nggak komunikatif,’’ kata penulis SAIA ini.

Film Nay sendiri bercerita tentang Nay, seorang wanita mempertanyakan tentang arti hidup sesungguhnya. Nay yang seorang aktris itu mendapati janin di dalam kandungannya telah berumur sebelas minggu. Ia pun memberitahukan perihal kehamilannya kepada sang kekasih, Ben (Paul Agusta).

Namun sayang, Ben lebih memilih untuk mementingkan ibunya daripada janin dalam rahim Nay. Masalah yang dihadapi Nay tak sampai di situ. Ia harus diuji lagi dengan kabar baik tentang terpilihnya sebagai pemeran utama film berskala international.

Nay mencoba membicarakan masalahnya kepada manajernya, Adjeng (Cinta Ramlan). Adjeng tentu tidak setuju kalau Nay melewatkan kesempatan emas tersebut. Dalam perjalanan di atas mobil, Nay harus menghadapi berbagai watak asli orang-orang terdekatnya seperti Ben, Adjeng, Mami Ben (Niniek L. Karim) dan Pram (Joko Anwar), seorang lelaki yang selalu diandalkan Nay.

Dalam film ini, Djenar ‘melamar’ Ine sebagai pemeran utama. Sisanya hanya pemeran pendukung. Artinya, hanya menyumbangkan suara via telepon. Selain itu, lokasi yang diambil untuk pengambilan gambar pun hanya dua. Yakni, di dalam mobil dan jalan Kota Jakarta.

Tinggalkan Balasan