Bangga Berbahasa Sunda

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Semakin pesatnya teknologi dan informasi saat ini dinilai menjadi bumerang bagi bahasa daerah. Sebab, warga sudah semakin jarang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.

Menyikapi hal itu, dalam Kongres Bahasa Daerah Nusantara (KBDN) pertama, berikan delapan penghargaan bagi sastrawan daerah dan launching kamus bahasa Sunda terbaru, kemarin (2/8).

Menurut Ketua Yayasan Rancage Rachmat Taufik Hidayat, keduanya sebagai upaya untuk melestarikan dan memberikan semangat kepada para sastrawan.

”Sasatra daerah yang berkembang masih cukup sedikit, dalam penghargaan kali ini hanya Sastra Jawa, Bali, Batak dan Sunda yang diberikan,” kata Rachmat, kemarin.

Dia mengatakan, kesustraan bahasa daerah sebenarnya sudah mulai bermunculan. Meski tak begitu pesat. ”Tercatat sastra Banjar yang kali ini sedang berkembang,” kata Rachmat.

Khusus bahasa Sunda, kata dia, dalam kamus Bahasa Sunda terbaru ada 150 ribu kata. Jumlah kata tersebut diambil dari 20 ribu buku dan majalah yang menggunakan bahasa Sunda.

Sebanyak 150 ribu kata baru itu, dikumpulkan dari 80 orang penyusunan. Acuannya, dari banyak buku, termasuk terbitan 1928.

Kamus bahasa Sunda terbaru ini, dia menjelaskan memiliki ciri khas yang berbeda dengan kamus yang lainnya. Sebab, tersebut bisa mendefinikan kata tersebut dengan lebih rinci.

Untuk menyusun kamus tersebut, pihaknya cukup kesulitan karena jumlah sumber yang dipakai masih minim. Pihaknya berjanji, akan terus menggali kata-kata lainnya yang dianggap untuk melengkapinya. ”Dibutuhkan kajian kembali terkait hal tersebut,” ungkapnya.

Dalam pembukaan KBDN pertama, dihadiri pula oleh Kepala Badan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dadang Sunendar yang mewakili Mendikbud.

Dia mengatakan, jumlah kata dalam bahasa Indonesia saat ini masih sekitar 100 ribu kata. Jumlah tersebut masih dianggap sedikit. ”Tahun ini harus naik sekitar 15 ribu kata untuk penambahkan jumlah kata,” ucap Dadang.

Untuk itu dalam pengembangan kata dalam bahasa Indonesia, kata dia, sebenarnya tidak lepas dari peran bahasa daerah. Makanya, dia akan menyusulkan agar penambahan kamus bahasa Indonesia diambil dari bahasa daerah.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengaku, menyadari benar nilai startegis pelestarian bahasa daerah. ”Adanya KBDN adalah salah satu upaya melaksanakan Peraturan Daerah Jabar nomor 14 tahun 2014,”  jelasnya.

Tinggalkan Balasan