Bandung Technopolis Bukan Gedebage

bandungekspres.co.id, BATUNUNGGAL – Kawasan Gedebage belum bisa dikatakan sebagai laboratorium tata ruang. ’’Ini masih jauh,’’ sahut Agus Suharjono Ekomadyo, dari  Komunitas Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung, usai dengar pendapat dengan Komisi C DPRD Kota Bandung, terkait kawasan Bandung Technopolis Gedebage, kemarin.

Agus menjelaskan, keinginan Pemerintah Kota Bandung mewujudkan kota berwawasan technopolis masih panjang. Sebab, technopolis bukan sebatas berbicara kawasan Gedebage, tetapi Bandung secara menyeluruh. ’’Mereka memilih Gedebage agar mendekati kawasan pendidikan dan melihat aspek bisnis properti serta pembangunan pusat pemerintahan. Seharusnya, ketiga hal itu dijawab dulu, sebab amanat yang terkandung dalam regulasi,’’ tukas Agus.

Bandung Technopolis memang diinisiasi Pemkot, namun ketika sudah berjalan bukan tidak mungkin putaran itu dikuasai pihak swasta. Maka, technopolis jangan hanya jadi label, tapi bagaimana keterkaitannya.

Yang menarik, dalam 12 tahun terakhir penelitian tentang kawasan Gedebage sudah ditempuh. Namun, hasilnya permasalahan lingkungan belum menemukan solusi.

Seperti halnya, membangun Kota Baru Parahyangan sebagai kota berwawasan pendidikan. Kemampuan teknologi dalam membangun technopolis serta sisi akademis bisa berperan berjalan berbarengan. Pada akhirnya terbentuk imej masyarakat dalam membangun brand.

’’Begitupun dalam mewujudkan kawasan Bandung Technopolis Gedebage. Konsep Ini bisa menjual. Tetapi kami hati-hati untuk bisa dipertanggungjawabkan dalam integritas akademik. Terdampak konsep tersebut harus  bermanfaat bagi pengguna. Salah satu yang mendesak bagaimana Pemkot Bandung, membangkitkan peran Litbang Bappeda untuk berperan aktif dalam konsep pembangunan kawasan Gedebage,’’ tegas Agus.

Di tempat sama, anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Folmer Silalahi menyatakan, Pemkot dalam membedah masalah pemabngunan terkadang suka memosisikan diri sebagai akademik. Padahal sejujurnya, berdasarkan aturan berkedudukan sebagai mitra. Sehingga, jangan salahkan kalau kami mengkritisi, sebab, terkadang SKPD tidak transparan. ’’Kucing-kucingan dalam data dan berputar-putar, itu sangat disayangkan,’’ sesal Folmer.

Maka, dalam pembangunan kawasan Technopolis Gedebage, seharusnya akademisi sudah jauh-jauh hari dilibatkan dan pihak perguruan tinggi yang diajak melakukan kajian. Seluruh anggaran mengarah ke Gedebage, bagaimana mengelola APBD kota/provinsi, sementara uang APBN begitu besar dikucurkan di kawasan tersebut. ’’Saatnya dikontrol dengan melibatkan akademisi,’’ imbuh Folmer.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan