Andi Sugandi, Pembuat Komik Sejarah Pangeran Cakra Buana

Komik serial tokoh kartun luar negeri sudah banyak. Bagaimana kalau komik yang dibuat menceritakan sejarah, seni, dan budaya nusantara?

Mike Dwi Setiawati, Cirebon

ADA istilah, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pahlawan, para pejuang dan para pendahulunya. Sedangkan bangsa yang cerdas adalah bangsa yang bisa memetik pelajaran dari apa yang dialami di masa lalu, untuk kepentingan yang baik di masa depan.

Kenyataannya, era modernisasi dan keterbukaan seperti sekarang ini mulai menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai sejarah bangsa. Para pemuda banyak yang tidak paham dengan sejarah bangsanya sendiri.

Jangankan untuk paham sejarah, terkadang untuk membaca buku sejarah di sekolah saja rasa malas sudah menghampiri karena melihat tebalnya halaman dan deretan cerita yang panjang.

Melihat kondisi tersebut Andi Sugandi, 25, merasa gelisah. Hobi menggambar menuntun pria yang akrab disapa Gandi itu untuk menciptakan komik. Komik yang diciptakan Gandi bukan sembarang coretan atau gambar-gambar saja, namun berisikan Sejarah Pangeran Cakra Buana. Karya komik Gandi yang mencapai tebal sekitar 70 halaman itu rampung dalam waktu satu tahun. Gandi mencari cerita dari berbagai referensi yang valid. Demi proses itu, dia menghabiskan banyak bacaan khusus babad Cirebon serta memeriksa dan mengeceknya di beberapa perpustakaan Cirebon.

”Kesulitannya studi cerita, banyak perbedaan referensi dan sumbernya. Banyak juga yang bersinggungan dengan hal tidak logis atau mistis, tapi saya adopsi dari satu kitab yaitu Babad Cirebon karya almarhum Pangeran Sulendra Diningrat, sumber lainnya jadi tambahan,” ujarnya.

Namun hingga kini, komik sejarah Pangeran Cakra Buana itu belum sempat ia publish. Gandi hanya mencetak beberapa eksemplar dengan tujuan sebagai bahan evaluasi sebelum ada penerbit yang ingin membantunya. ”Masih ada cerita yang harus dibenahi,” tuturnya.

Diakui Gandi, untuk menciptakan komik tersebut tidak mudah. Ada beberapa tahap yang harus dilalui. Mulai dari menyusun alur cerita. Kemudian menyusun storyboard, yakni membuat satu per satu gambar sesuai alur cerita. Lalu storyboard yang sudah jadi sebagai dasar membuat sketsa komik. ”Setelah itu penempatan naskah dialog, diwarnai, dan dicetak,” ucap pemuda asal Blok Satu, Desa Gegesik, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon itu.

Tinggalkan Balasan