Ambil Alih Pembiayaan BIJB

[tie_list type=”minus”]Cisumdawu Dapat Tuntas Bersamaan[/tie_list]

bandungekspres.co.id – Kabar gembira bagi masyarakat Jawa Barat, berkaitan dengan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati. Pasalnya, pemerintah pusat memutuskan dan berkebijakan untuk mengambil alih pembiayaan pembangunan bandara yang berlokasi di Majalengka tersebut.

’’Pengambilalihan pembiayaan oleh pusat dapat berefek positif, khususnya dalam percepatan pembangunan ruas tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Harapannya, akan lebih mantap apabila Cisumdawu dam BIJB, dapat tuntas bersamaan, yaitu pada 2017-2018,’’ tandas Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, usai rapat pimpinan di Gedung Sate, belum lama ini.

Heryawan menuturkan, langkah pemerintah mengambil-alih skema pembiayaan karena memang Jabar mengalami sedikit kesulitan dalam hal pembiayaan. Jabar melakukan berbagai upaya untuk mengatasi pembiayaan tersebut. Di antaranya, menerbitkan obligasi daerah, yang harapannya, terkumpul dana senilai Rp 4 triliun. ’’Salah satu peruntukannya adalah bagi pembiayaan BIJB,’’ jelas Heryawan.

Adanya pengambilalihan oleh pemerintah pusat itu, pihaknya melakukan sejumlah upaya, di antaranya, mengajukan permintaan prevelensi bagi Jabar. Menurutnya, pihak mana pun yang menang tender proyek itu, Jabar memperoleh 20 persen.

Sejauh ini, pemerintah hanya mengalokasikan dana untuk pembiayaan pembangunan sisi udara, yaitu runway dan ATC Tower, yang kebutuhan dananya sekitar Rp 1,6 triliun. Seiring dengan pengambilalihan pendanaan itu, berarti pemerintah miliki tugas membiayai pembangunan sisi darat, mulai terminal hingga fasilitas penunjang, yang kebutuhan anggarannya sekitar Rp 2,1 triliun.

Adanya perkembangan itu, membuat pihaknya miliki kewajiban dalam hal pembebasan lahan seluas 1.800 hektare. Hingga kini, ungkapnya, luas lahan yang sudah terbebaskan yaitu 1.000 hektare. Artinya, imbuh dia, lahan yang belum terbebaskan yaitu 800 hektare.

Lalu, bagaimana tentang PT BIJB? Orang nomor satu di Jabar itu mengemukakan, pihaknya mengarahkan BUMD Jabar tersebut agar turut andil mengelola bandara bersama perusahaan lain. Tidak itu saja, pihaknya pun dapat mendorong PT BIJB supaya lebih fokus dalam hal pengelolaan aerocity.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas menyatakan, pihaknya mengikuti perintah pemegang saham, yaitu Pemerintah Provinsi Jabar. Dia berpendapat, putusan pemerintah pusat untuk mengambil-alih pembiayaan itu merupakan hal yang logis. Pasalnya, pemerintah pusat memiliki anggaran cukup besar. ’’Kementerian Perhubungan memiliki anggaran sektiar Rp 50 triliun. Tentunya, itu angka yang besar. Kebutuhan pembangunan BIJB sisi darat sekitar Rp 2 triliun untuk jangka waktu 2 tahun. Jadi, kami kira, kebutuhan itu dapat tertutupi,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan