Wasit ISL Kebingungan Jaga Kondisi

JAKARTA – Tertundanya kick-off Indonesia Super League (ISL) musim 2015, tidak hanya menimbulkan resistensi dari 18 klub peserta dan para pemain. Ya, lebih dari itu, kening para wasit Indonesia juga mulai mengkerut dengan tertundanya kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia yang seharusnya mulai digelar pada 20 Februari lalu itu.

Dari total 60 wasit yang dipersiapkan untuk bertugas di ISL, Thoriq Alkatiri adalah salah satu yang mengaku paling meradang dengan kondisi tersebut. ’’Karena, tugas kami sebagai wasit kan hanya freelance, dibayar setelah tugas. Jadi, kalau tidak ada kompetisi, ya sudah, nggak bisa makan,’’ ujar Thoriq kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres).

Menurut salah satu wasit Indonesia yang memegang lisensi FIFA tersebut, masalah yang dia alami tersebut juga dirasakan oleh puluhan wasit yang lain, alias tidak bisa menjalankan roda perekonomian keluarga. Lanjut Thoriq, itu tidak lain, karena rata-rata wasit Indonesia adalah berstatus single profesi, yaitu pure menjadi wasit.

’’Kalau mereka yang memiliki profesi lain selain wasit, mungkin tidak terlalu berat ya. Tapi, yang hanya mengandalkan pemasukan dari wasit seperti kami, tentu sangat berat. Wasit itu bisa hidup karena memimpin pertandingan. Jadi, kalau tidak ada pertandingan, kami mau hidup dari mana,’’ timpal pria berusia 25 tahun itu.

Selain masalah penghasilan, wasit terbaik ISL 2014 itu juga mengungkapkan bahwa salah satu yang menjadi beban utama mereka saat ini adalah menjaga naluri saat mengambil keputusan sebagai pengadil lapangan. Karena, khusus untuk yang satu ini, mereka harus mempraktikannya langsung di dalam pertandingan. ’’Padahal, untuk mendapatkan pertandingan yang benar-benar berkualitas juga tidak gampang,’’ tegasnya.

Selain Thoriq, Solikin salah satu wasit ISL lain juga menungkapkan hal yang sama. Wasit asal Surabaya asli Kediri ini mengungkapkan bahwa, untuk mengasah kemampuan wasitnya, dia harus pandai-pandai berburu pertandingan di Surabaya dan Gresik. ’’Ya, jadi wasit sukarela saja, yang penting kan bisa memimpin pertadingan,’’ tegasnya.

Dengan begitu, pria berusia 42 tahun yang juga anggota TNI-Angkatan Darat itu berharap konflik antara PT Liga Indonesia sebagai operator kompetisi dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) bisa segera berujung. ’’Biar kami bisa segera bertugas lagi,’’ timpal Solikin yang sehari hari berdinas di Kodim Gresik itu. (dik/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan