UKM Butuh Roadmap

[tie_list type=”minus”]Dalam Menghadapi Persaingan Usaha[/tie_list]

BANDUNG – Usaha kecil menengah (UKM) harus bisa tetap bertahan di tengah perlambatan ekonomi. Pasalnya, UKM merupakan tulang punggung perekonomian bangsa. Hal ini diungkapkan Branch Head MarkPlus Bandung Rai Falihah dalam forum BUMN Marketeers Club bertema ”Marketing for UKM” di MarkPlus Campus Bandung Jalan Terusan Soetami kemarin (3/9).

Menurut Rai, UKM dituntut untuk kreatif dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Dia mengatakan, UKM perlu membuat roadmap untuk mengembangkan bisnisnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan UKM dalam menghadapi persaingan. ”Pertama kita harus melakukan proses analisis. Dalam proses ini, UKM melihat kebutuhan pasar itu seperti apa? Dan mencari tau produk apa yang kira-kira akan laku,” ujar dia.

Rai menambahkan, langkah strategi kedua yaitu melakukan segmentasi pasar. UKM harus jeli melihat pasar, produk yang dikeluarkan harus tepat sasaran. Dengan melakukan segmentasi pasar, menurut Rai, pelaku UKM bisa mengukur kulitas produknya. ”Kita harus bisa mengetahui kekuatan setiap segmen pasar,” ujar dia.

Strategi marketing ketiga yakni up date produk. Menurut dia, produk baru akan menjaga loyalitas pelanggan. Hal ini karena pelanggan biasanya mudah bosan, terutama produk makanan. Mengeluarkan atau mengganti produk baru setidaknya dilakukan selama tiga bulan sekali.

”Strategi variasi produk makanan bisa kita ambil contoh ‘Bakso Bujang.’ Di outlet bakso ini, menu yang tersedia memang komplit saat jam makan siang. Namun, di jam lain, seperti jam 09:00-11-00 atau jam 14:00-16 itu hanya disediakan beberapa item saja. Konsumen memang hanya bisa makan satu atau dua varian rasa saja, namun hal itu membuat penasaran konsumen. Akhirnya, konsumen akan datang kembali di lain waktu untuk mencoba rasa lain,” Papar Rai.

Dia menuturkan, strategi keempat, UKM perlu menerapkan strategi pemasangan harga (pricing). Menurut dia, seorang pedagang keliling bisa menjual produknya dengan dua harga di dua tempat. Misalnya, penjual cilok yang biasa mangkal di SD menjual satu buah cilok seharga Rp 500. Namun, saat menjelang sore, pedagang itu berpindah tempat menuju perumahan elit, maka bisa saja satu buah cilok dijual Rp 1000. Penerapan harga ini, kata Rai, karena melihat lokasi dan daya beli konsumen.

Tinggalkan Balasan