Terpaksa Gunakan Air Limbah

[tie_list type=”minus”]Petani Rancaekek Keluhkan Pengairan [/tie_list]

RANCAEKEK – Di tengah sulitnya air di musim kemarau, ratusan hektar area pesawahan di Rancaekek Kabupaten Bandung terpaksa menggunakan air limbah. Para petani terpaksa melakukan hal itu untuk bertahan di tengah krisis pangan dan penghasilan.

Dadang Setiawan, 64, salah seorang petani warga Sapan, Desa Sukamanah, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung mengatakan, setiap memasuki musim kemarau, air dari Sungai Citarik memang sering terlihat hitam. Hal tersebut, kata dia, disebabkan karena air yang mengalir hanya dari buangan limbah pabrik, bukan air dari pegunungan.

”Bisa diliat sendiri, warnanya hitam dan baunya menyengat. Mau gimana lagi, ya kita mah terpaksa mengalirkan air itu ke pesawahan, dari pada tanah mengering,” kata Dadang saat ditemui di sawah miliknya, kemarin (20/8).

Menurutnya, banyak para petani yang lokasinya dekat sungai Cikijing terpaksa sawahnya dialiri air limbah tersebut. Bahkan kata dia, masih banyak para petani yang membiarkan sawahnya mengering tanpa diairi. Para petani takut jika memaksakan diri mengairi sawah dengan air limbah, maka sawah dan tanamannya akan rusak. ”Banyak yang membiarkan sawahnya mengering, dari pada mengairi sawah pakai air limbah. Kalau saya terpaksa, paling hasil panennya berkurang,” paparnya. ”Dari pada nggak panen sama sekali,” tambahnya.

Sementara itu, tokoh petani Rancaekek, H Jana Suryana mengatakan, meski pengairan areal pesawahan di Rancaekek melimpah, air tersebut tidak dapat digunakan untuk mengairi pesawahan. ”Air melimpah dari Sungai Citarik dan Cikijing, tapi ya enggak bisa digunakan buat pengairan,” jelasnya.

Menurutnya, para petani di Rancaekek telah mengalami kondisi tersebut sejak 1996 silam. Bahkan para petani juga telah menderita akibat mengalami kerugian material sejak Sungai Cikijing menjadi pembuangan air limbah pabrik.

Jana menambahkan, kurang lebih 400 hektare areal pesawahan di Rancaekek telah terkontaminasi limbah pabrik. Bahkan sebagian besar areal pesawahan sudah tidak dimanfaatkan untuk ditanami tanaman katena rusak total.

Dia merinci, ada sebanyak 400 hektar sawah itu tersebar di empat desa, yaitu Desa Linggar, Sukamulya, Jelegong dan Cikijing.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan