Terapkan Pola Menjadi ”Mata–Mata”

Wenri Wanhar, yang Menulis dan Menapaktilasi Sejarah secara ”Partisipatif”

Buku-buku karya Wenri Wanhar ditulis dengan berupaya merasakan langsung denyut peristiwa bersejarah. Untuk menulis kekalahan Belanda di Selat Bali, dia rela berperahu tradisional kala subuh.

ILHAM DWI WANCOKO, Jakarta

SUBUH itu, di tengah Selat Bali, Wenri Wanhar akhirnya paham mengapa Belanda bisa kalah berperang di sana. Kuncinya ada pada ombak di perairan tersebut, yang ternyata memang tinggi di pagi buta seperti itu.

”Pasukan M menang atas Belanda karena mengandalkan pemahaman terhadap kejadian di laut,” tutur Wenri tentang pertempuran pada awal April 1946 yang tak diketahui banyak orang itu.

Pasukan M merupakan sebuah pasukan dari Tentara Keamanan Rakyat Divisi Laut (TKR Laut) yang menggunakan perahu Madura

Sedangkan yang mereka hadapi 69 tahun silam sudah menaiki kapal modern jenis landing craft mechanized. Dia menjelaskan, ombak tinggi kala subuh di Selat Bali menyulitkan kapal Belanda untuk menembak. ”Di sisi lain, perahu pasukan M yang dikira nelayan setempat bisa bebas mendekat dan kemudian melemparkan granat ke kapal Belanda,” paparnya.

Agar bisa mendapatkan gambaran denyut pertempuran 69 tahun silam itu, sejarawan alumnus Universitas Bung Karno tersebut juga berperahu tradisional Madura dalam survei empat tahun silam itu. Jadi, juga merasakan terombang-ambing dihajar ombak.

Dari sanalah, kemudian dia menghasilkan Pasukan M (2012), satu di antara empat buku karya sejarawan kelahiran Padang, Sumatera Barat, itu. Tiga buku lain, Gedoran Depok, Jejak Intel Jepang, dan Semangat Sirnagalih, juga ditulis dengan metode khas Wenri.

Khas yang dimaksud di sini, tiap kali hendak menulis karya, dia tak cuma berkutat berjam-jam di perpustakaan arsip nasional. Tapi juga berupaya melebur ke dalam nuansa peristiwa sejarah.

Caranya bukan hanya mengunjungi setiap tempat terjadinya peristiwa sejarah yang sudah jamak dilakukan sejarawan lain. Tapi sekaligus merasakan sendiri peristiwa yang akan ditulis.

Secara umum, historiografi atau ilmu penulisan sejarah sebenarnya bisa dilakukan lewat riset pustaka dan oral alias wawancara saksi mata atau sumber yang terkait dengan sebuah peristiwa sejarah.

Tinggalkan Balasan