Hendriyadi Bahtiar, Penggerak Sahabat Pulau dan Desa-preneur

Tak Semua Anak Kampung Seberuntung Dirinya

Berfokus pada pendidikan anak-anak di kawasan terpencil, Sahabat Pulau yang digagas Hendriyadi Bahtiar kini menyebar di belasan provinsi. Dia sampai rela meninggalkan pekerjaannya yang mapan.

DIAN WAHYUDI, Jakarta

Hendriyadi Bahtiar
DIANWAHYUDI-JAWAPOS

PENGHARGAAN: Hendriyadi Bahtiar usai menerima penghargaan dari PGRI
kerja bareng Telkom Indonesia di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (13/12).

BADANNYA memang tengah transit di Singapura. Tapi, siang itu, di Bandara Changi yang nyaman dan canggih, pikiran Hendriyadi Bahtiar justru terbang ke kampung halaman dengan segala keterbatasannya nun di pesisir Sulawesi Selatan sana.

Singapura dan Bulukumba. Pertemuan dua dunia yang kontras itulah yang kemudian meletupkan ide untuk menginisiasi Gerakan Sahabat Pulau. ”Saya berpikir, kenapa tak menerapkan ilmu yang saya dan kawan-kawan baru peroleh di Kanada untuk kampung-kampung kami,” kata pemuda 26 tahun itu mengenang momen enam tahun silam tersebut.

Ketika itu Hendriyadi bersama 18 anak muda lainnya memang baru pulang dari Kanada untuk mengikuti Youth Exchange Program. Selama enam bulan di Negeri Mapel itu, dia dikenalkan dengan peran pemuda sebagai fasilitator dalam proyek pembangunan berbasis masyarakat.

Kebetulan, seperti Hendriyadi, hampir semua rekannya berasal dari kampung. ”Tidak semua anak-anak kampung seperti kita punya kesempatan belajar di luar negeri. Karena itu, kita perlu berbagi inspirasi,” imbuh Hendriyadi saat itu, mengulang ajakan kepada teman-temannya sesama peserta program.

Maka, dimulai dari Pulau Pahawang, Lampung, bergulirlah Gerakan Sahabat Pulau. Dengan menggandeng kalangan pemuda dan mahasiswa lokal, lulusan terbaik ketiga Jurusan Akuntansi Universitas Trisakti, Jakarta, pada 2011 itu berusaha menyebar virus kerelawanan.

Gerakan tersebut berfokus pada upaya memberikan pengajaran dan mengatasi kesulitan akses pendidikan buat anak-anak di daerah terpencil. Mereka punya link dengan korporat maupun berbagai NGO. Perpustakaan mini dan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi juga berusaha dihadirkan.

Kini, enam tahun berselang, Sahabat Pulau telah memiliki sekitar 265 volunter (relawan). Mereka tersebar di 28 titik di 12 provinsi. Di setiap provinsi juga telah berdiri rumah baca.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan