Siapkan Rp 2 Triliun, Pertamina Rambah Pasar Selat Malaka

JAKARTA – PT Pertamina mengincar market share yang lebih besar untuk penjualan minyak di Selat Malaka. Sebab, pangsa pasar produk high-speed diesel (HSD) dan marine fuel oil (MFO) saat ini hanya satu persen. Caranya, menyelesaikan proyek terminal BBM Sambu, Batam, dan Tanjung Uban, Bintan, Riau.

Dirut Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, dua terminal BBM (TBBM) yang memakan investasi USD 156 juta atau sekitar Rp 2 triliun itu selesai pada semester I 2016. ”Akan dibangun terminal automation system serta blending untuk produk HSD dan MFO berstandar internasional,” ujarnya akhir pekan lalu.

Setelah proyek tersebut beres, kapasitas TBBM Sambu yang berdiri sejak 1897 bakal meningkat. Besarannya mencapai 300 ribu kiloliter (kl) dengan dermaga berkapasitas long range 100 ribu DWT (deadweight tonnage). Nah, BUMN energi itu akan terus menggenjot kapasitas TBBM Sambu yang diproyeksikan sampai kapasitas 800 ribu kl. ”Nanti Pertamina diharapkan dapat market share 5-10 persen,” tutur dia.

Lonjakan tersebut sangat signifikan bila dibandingkan dengan saat ini yang baru satu persen. Padahal, total market MFO dan HSD di Selat Malaka saat ini mencapai 45 juta kl per tahun.

Dwi menyatakan, jangka panjang TBBM Sambu nanti cukup cerah. Selain penjualan di Selat Malaka meningkat, Pertamina yang berperan sebagai storage and blending facility provider akan memasuki babak baru. Menurut Dwi, itu tidak hanya untuk mendukung ketahanan energi.

”Ikut mendukung bisnis oil trading perusahaan di wilayah regional Asia Tenggara. Terutama jenis bahan bakar MFO dan HSD standar internasional,” ungkapnya.

Proyek TBBM Sambu yang menelan biaya investasi USD 94 juta dijadwalkan tuntas pada Maret 2016. Proyek TBBM Tanjung Uban dengan investasi USD 62 juta diperkirakan selesai pada Juni 2016. Di sana dibangun tangki timbun dengan kapasitas 200 ribu kl. Lengkap dengan terminal automation system dan dermaga baru berkapasitas LR 100 ribu DWT.

”Akan ada fasilitas blending mogas. Jadi, fleksibilitas pembelian impor produk premium, atau HOMC 92, dan naphta bisa meningkat,” terang Dwi. Fasilitas itu menjadikan TBBM Tanjung Uban sebagai superterminal mogas untuk mendukung ketahanan stok mogas atau premium nasional. (dim/c14/oki/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan