Seribu Alhamdulillah dan Membuat Satu Langkah

Istri teman baik Singapura saya masuk rumah sakit. Itu gara-gara asap dari Indonesia yang membuat langit negeri itu kelabu. Juga karena sang istri memang memiliki kelemahan di paru-parunya.

NEW HOPE 22 Oleh: Dahlan Iskan
NEW HOPE

Oleh: Dahlan Iskan

Kemarin dia senang sekali. Bukan oleh kedatangan saya tapi karena angin berubah arah sejak dua hari lalu. Udara Singapura sudah lebih bersih. Sang istri bisa meninggalkan rumah sakit. Dan balap mobil Formula 1 tidak jadi batal. Saya pun bisa menontonnya. Setelah lima tahun absen dari sirkuit F1.

Bayangkan kalau sampai F1 batal gara-gara asap Indonesia. Hebohnya ke seluruh dunia. Wajah Indonesia akan tercoreng semoreng-morengnya.

Saya juga memanfaatkan momen ini untuk bertemu banyak pelaku ekonomi. Apalagi saya bisa nonton F1 dari ruang VVIP. Banyak CEO dari berbagai negara ada di situ. Saya ingin dengar pandangan mereka atas apa yang terjadi di Indonesia. Apa saja kekurangannya. Lalu apa yang harus dilakukan.

Umumnya mereka merasa berhutang. Begitu banyak keuntungan yang sudah pernah mereka nikmati dari kemajuan ekonomi Indonesia. Khususnya dalam 10 tahun terakhir. Mereka tetap berharap jangan sampai Indonesia terpuruk. Apalagi hancur.

Tapi mereka memang was-was. Terutama oleh sinyal-sinyal negatif yang mereka dengar: kegaduhan yang tidak henti-hentinya, pernyataan-pernyataan yang tidak mencerminkan stabilitas dan tidak adanya kepastian birokrasi.

Sinyal negatif itu sudah mereka baca sejak Maret lalu. Waktu itu ada forum besar sekali di Hongkong. Fund manager dari seluruh dunia berkumpul. Untuk melihat masa depan ekonomi di sejumlah negara. Termasuk Indonesia. Karena itu salah satu pembicaranya dari Indonesia. Seorang menteri ekonomi.

Fund manager adalah jenis orang yang tidak mudah dibohongi, dirayu atau dimintai tolong. Mereka amat realistis dan kritis. Mereka tahu mana pembicaraan yang berisi dan mana yang omong besar. Ketika sang menteri penuh optimisme mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa 5 persen mulailah mereka kritis: dari mana bisa tumbuh lima persen? Tidak mungkin, kata mereka. Tidak masuk akal.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan