Perjuangkan Nasib Buruh Garmen

PURWAKARTA – Bupati Purwakarta meminta kepada serikat buruh agar memperjuangkan nasib buruh pabrik sektor garmen yang masih mendapatkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar Rp 2,3 juta.

’’Coba saling menolong. Khususnya buruh Purwakarta yang gajinya udah tinggi. Buruh Purwakarta untuk sektor tertentu memang cukup tinggi, paling tinggi Rp 3,4 juta,” ungkap Dedi di Purwakarta, kemarin (1/5).

Bupati Dedi menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Purwakarta selalu memperjuangkan nasib buruh di Purwakarta. ’’Terbukti dari tahun ke tahun gaji buruh di Purwakarta selalu naik tinggi. Makanya jangan ngajedog wae (diam terus) bantu yang saat ini masih relatif kecil gajinya,” ujar Dedi disambut tawa para buruh.

Selain hanya mendapatkan upah Rp 2,3 juta, buruh sektor garmen belum mendapatkan fasiilitas transportasi yang layak. Oleh karenanya, Bupati juga mendesak serikat buruh untuk memperjuangkan hal itu.

’’Mereka layak diperjuangkan. Ayo bantu perjuangkan agar buruh garmen di semua perusahaan ini mendapatkan transportasi ke tempat kerja yang layak, jangan pake bus butut buatan luar negeri yang sudah usang, saya bakal tolak kalau mereka sediakan angkutan seperti itu,” tegas Dedi.

Dedi meneruskan, buruh sektor garmen ini pun belum semua mendapatkan asupan makanan yang bergizi dari perusahaannya. ’’Setiap hari ekonomi mereka terbebani, makanya saya desak tiap perusahaan garmen di Purwakarta ini selain sediakan transportasi yang layak juga sediakan makanan agar beban ekonomi buruh ini tidak terbebani,” pungkasnya.

Dirinya juga meminta para buruh memiliki watak kebudayaan. Menurutnya, perspektif berbudaya bukan berarti harus memakai baju pangsi atau iket saja. Tapi secara kultur harus berbudaya. ’’Kita orang sunda, berarti harus someah, sopan, dan santun,” sahutnya.

Dengan tingginya UMR di Purwakarta, Dedi meminta kepada buruh untuk mengutamakan keluarganya. ’’Prioritaskan keluarga. Supaya berkah. Awas gaji besar Jangan dipake begeur (kasmaran) terus,” ucap Dedi. (net/vil)

Tinggalkan Balasan