Perajin Bata Merah Terancam

Judul sambungan: Sesalkan Kenaikan BBM

 

Istimewa

Banyak yang Bangkrut karena Kurang Modal

IBUN – Sedikitnya 30 pelaku pengrajin bata merah di Desa Neglasari, Kecamatan Ibun meminta perhatian pemerintah. Pasalnya, mereka saat ini terancam bangkrut. Jumlah pengangguran nantinya pasti bertambah, mengingat banyak warga yang menggantungkan hidupnya dalam industry tersebut.

Pengrajin Bata
BUTUH DUKUNGAN: Para pengusaha bata merah yang dominan beroperasi secara tradisional, mulai mengeluhkan naiknya harga bahan dan produksi.

’’Kami butuh bantuan pemerintah, untuk penambahan modal,’’ kata Ate Tajudin, salah seorang pengrajin Bata Merah kepada Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) di Pabrik Lionya, Kampung Mincrik, Desa Neglasari, Kecamatan Ibun kemarin (11/1).

Ate mengatakan, sudah beberapa orang rekan usahanya saat ini yang bangkrut. Pasalnya, pabrik yang mereka miliki harus dijual lantaran tidak bisa membayar pegawainya. ’’Ada lima orang yang bangkrut. 3 orang di antaranya habis modal, dua orang lainya beralih ke pekerjaan lain. Huut na mahal pak, biaya produksi ge awis. Jadi kurang sebanding dengan pendapatan, gaduh bati sedikit ge habis dipakai makan,’’ ujarnya.

Pengrajian lainya Usep,38, menambahkan, saat ini pengrajin bata merah sedang mengalami krisis. Sebab, bahan dan biaya peroduksi meningkat. Hal ini terjadi sebagai dampak dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik dan kebutuhan hidup yang bertambah. ’’Memang sulit dipungkuri, bahwa gejolak era globalisasi saat ini membuat ekonomi rakyat akan semakin terpuruk. Seperti halnya saya yang berkecimpung dalam usaha bata merah dengan melibatkan karyawan 15 orang. mereka harus bekerja,’’ ujarnya.

Sudah seharusnya, saat ini pemerintah peduli kepada rakyat kecil. ’’Jangan hanya dijadikan sebagai slogan saja. Kalau saja usahanya terjadi bangkrut, tidak hanya 15 orang karyawannya yang tidak memiliki mata pencaharian. Namun sekitar 40 jiwa akan kehilangan mata pencaharian untuk makan,’’ keluhnya.

Oleh karena itu, kata Usep, diharapkan pemerintah bisa bijaksana dalam mengambil sikap untuk membantu kepentingan rakyat, dia amat menyesalkan keputusan pemerintah pusat yang membuat kenaikan harga BBM, sehingga membuat naik pula harga-harga kebutuhan pokok, seperti beras, minyak, dan sayur-sayuran. ’’Kalau sudah naik harga kebutuhan sembilan bahan pokok, oleh pihak pedagang tidak di turunkan kembali, meskipun pemerintah telah menurunkan kembali harga BBM tersebut. Maka, pemerintah pusat jangan seenaknya mau menaikan dan menurunkan soal harga. Tanya dulu hati rakyat yang kian terjepit dan menderita,’’ imbuhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan