Konsultan Jabar Siap Saingan

LENGKONG – Genderang persaingan makin ketat seiring dengan bergulirnya agenda kerjasama ekonomi negara-negara ASEAN yang terbalut dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), 1 Januari 2016 mendatang.

Saat agenda itu bergulir, persaingan tidak melulu tentang produk, melainkan sumber daya manusia (SDM). Meski demikian, kalangan konsultan tidak mengkhawatirkan bergulirnya pasar bebas tersebut. ’’Secara faktual, daya saing maupun kualitas pekerjaan para konsultan asal Jabar tergolong tinggi dan tidak kalah oleh konsultan negara ASEAN mana pun,” tukas Ketua Umum DPD Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Jawa Barat Andrian Tejakusuma usai Rapat Kerja Provinsi DPD INKINDO Jabar di Trans Luxury Hotel, belum lama ini.

Sebaliknya, ketika MEA bergulir, pihaknya mengkhawatirkan para konsultan Jabar yang mengerjakan pekerjaan di negara lain. Pasalnya, saat ini, tidak sedikit konsultan asal Jabar yang turut andil dalam pengerjaan sejumlah proyek di hampir seluruh provinsi, mulai Aceh hingga Papua. Bahkan, sebagian lainnya mengerjakan proyek di beberapa negara.

Itu menunjukkan konsultan Jabar punya daya saing tinggi. Agar para konsultan itu lebih banyak mengerjakan proyek di dalam negeri, khususnya yang berada di Tatar Pasudan, sebaiknya mencari cara sehingga kemampuan mereka termanfaatkan seoptimal mungkin. ’’Kami khawatir, konsultan berkualitas berduyun-duyun mengerjakan proyek di negara-negara tetangga. Jika itu terjadi, konsultan yang ada kualitasnya lebih rendah. Akibatnya, kualitas proyek pun kurang maksimal,” sahutnya.

Sebenarnya, ada upaya yang dapat membuat para konsultan Jabar tidak melirik proyek di negara lain, terutamanya ASEAN. Salah satunya dengan menaikkan standar upah. Memang, upah konsultan Jabar melebihi upah di Vietnam dan hampir menyamai Malaysia serta Filipina, tetapi lebih kecil 30 persen dari Singapura. Kendati demikian, pihaknya bangga karena Jabar merupakan provinsi yang memiliki regulasi standar upah konsultan. ’’Langkah selanjutnya, menyamakan persepsi dalam hal payung hukumnya. Itu supaya kami lebih paham dan bekerja lebih profesional tanpa kekhawatiran tersandung perkara hukum,” ucap Andrian.

Andrian menuturkan, sejauh ini, Jabar memiliki 5.631 tenaga ahli. Angka itu jauh lebih rendah daripada proyek yang jumlahnya melebihi 20 ribu. Terlebih, jika berbicara skala nasional, karena di Indonesia, terdapat 99.679 tenaga ahli bersertifikat. ’’Jumlah proyeknya, kami perkirakan melebihi 500 ribu,” sebutnya. (vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan