Komitmen Mendikbud Segarkan Pramuka

[tie_list type=”minus”]East Java Scouts Challenge Akan Jadi Laboratorium[/tie_list]

JAKARTA – East Java Scouts Challenge (EJSC) yang akan dikembangkan menjadi Indonesia Scouts Challenge (ISC) mendapatkan perhatian dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Dia berencana menjadikan program baru Jawa Pos Group (induk Bandung Ekspres) itu sebagai laboratorium untuk penyegaran kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka) di sekolah-sekolah seluruh tanah air.

Perhatian khusus Mendikbud tersebut disampaikan langsung saat menerima kunjungan Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda. Azrul yang juga komisaris utama Jawa Pos Group didampingi Wakil Pemimpin Redaksi sekaligus Kepala Biro Jakarta Jawa Pos Nanang Prianto.

Pertemuan sejam lebih di ruang kerja Mendikbud itu berlangsung gayeng. Anies yang baru selesai memimpin rapat pimpinan Kemendikbud sejak pagi hingga siang tampak bersemangat mendengar paparan tentang program EJSC dan ISC.

Azrul menyatakan, memiliki ketertarikan terhadap kegiatan Pramuka sejak dulu. ”Kita ingin Pramuka menjadi keren,” katanya. Menurut dia, saat ini kegiatan Pramuka kebanyakan terkesan terlalu kaku.

Pada tahun pertama, Scouts Challenge di Jawa Timur diikuti 200 ribu peserta. Berikutnya, jutaan siswa diyakini akan mengikuti ISC. Kakwarnas Adhyaksa Dault mendukung penuh rencana itu.

Scouts Challenge lebih menarik untuk para siswa karena kemasan yang fun. Selain itu, juara program tersebut akan diterbangkan ke Amerika Serikat. Anies menerangkan, di sekolah saat ini memang ada materi Pramuka. ”Tetapi, implementasinya perlu diperbaiki,” tandasnya.

Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu menuturkan, ada dampak negatif ketika Pramuka diwajibkan dalam Kurikulum 2013. Yakni, ada guru-guru atau pembimbing Pramuka yang tidak memahami kepramukaan.

”Jadinya, Pramuka itu mencatat terus. Teori-teori tali-temali dicatat terus. Siswa menjadi bosan,” ungkapnya. Anies sempat bertanya langsung kepada salah seorang guru Pramuka di Jakarta. Ternyata, sang guru tidak memiliki atau menguasai dasar-dasar kepramukaan, tetapi dipaksa menjadi guru Pramuka karena Pramuka diwajibkan.

Anies menegaskan, Pramuka juga tidak boleh sampai menjadi sesuatu yang wajib seperti penataran Pancasila di era Order Baru silam. Sebaliknya, dia berharap para siswa mengikuti Pramuka dengan didasari rasa suka dan benar-benar mengalami sesuatu yang positif. Kemudian ingin menularkan sesuatu yang positif itu kepada orang lain. ”Saya tidak masalah dengan Pramuka. Pramuka itu baik,” ucap dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan