Jembatani dengan Sinergi

 [tie_list type=”minus”]Industrialisasi Tak Rusak Budaya[/tie_list]

SURABAYA – Proses industrialisasi tidak serta-merta ikut merusak budaya masyarakat, termasuk budaya agraris yang menjadi mata pencarian sebagian besar masyarakat Indonesia. Untuk bisa menjembatani antara kepentingan industrialisasi dan penjagaan keberlanjutan lingkungan serta budaya, antara pelaku industri dan masyarakat harus meningkatkan komunikasi dan sinergi.

Demikian dikatakan pengamat politik yang juga peneliti LIPI, Hermawan Sulistio, dalam seminar tentang Induatrialisasi dan Budaya Nusantara di Wisma Bahagia, UIN Sunan Ampel, Surabaya Senin (8/6).

Hermawan mencontohkan polemik dalam pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia Tbk di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pembangunan pabrik semen itu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian masyarakat setempat menolak pendirian pabrik.

Menurut Hermawan, ada tiga hal yang harus dilakukan terhadap masalah Semen Indonesia dan masyarakat. Pertama, melakukan pencerahan, yaitu menjelaskan tentang pembangunan pabrik ini terhadap masyarakat sekitar. Hal ini diharapkan supaya diperoleh informasi yang jelas berbagai pengaruh dengan adanya pabrik tersebut.

Kedua, masing-masing pihak, baik perusahaan semen maupun masyarakat, diharapkan memberikan data, bahkan janji yang akan dilakukan. ’’Dan harus ada pihak yang mengawal hal itu. Misal tidak adanya perusakan lingkungan, penyerapan SDM sekitar. Itu yang harus benar-benar dikawal dan diawasi,’’ ujarnya.

Ketiga, lanjut Hermawan, ada pihak yang menjelaskan tentang benchmark yang telah terjadi sebelumnya serta menunjukkan pengaruhnya. Misal saja, pada Semen Indonesia, harusnya mereka memberikan data atau suatu penjelasan menyeluruh sebelum, sedang dan sesudah adanya pabrik semen. ’’Tentu saja dengan mencontohkan apa yang terjadi di pabrik semen yang telah ada sebelumnya,’’ kata dia.

Dia mengatakan, dampak pembangunan pabrik memang beragam. Misalnya, setahu Hermawan, harga tanah di sekitar pabrik, bahkan bekas galian batu kapur untuk semen, sudah melejit dan menjadi kawasan premium untuk perumahan. ’’Misalnya di luar negeri seperti daerah Kyoto, Jepang, ada pasar tradisional yang berusia ratusan tahun yang masih berdiri di antara pasar dan bangunan modern lainnya. Bahkan masyarakat di situ, beri hak untuk memiliki atau masuk sebagai pegawainya. Ini hubungan harmonis bisnis dan masyarakat,’’ tambah dia.

Tinggalkan Balasan