[tie_list type=”minus”]Stok Melimpah, Perlu Integrasi Data[/tie_list]
bandungekspres.co.id- Fluktuasi harga beras maupun kebijakan di sektor pangan, khususnya beras, disikapi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan melakukan kunjungan ke berbagai pusat perdagangan beras.
Kepala Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya Aru Armando mengatakan, data mengenai ketersediaan beras di pasaran perlu diintegrasikan. Terutama, di antara para pengambil kebijakan maupun berbagai pihak yang berkaitan dengan sektor pangan. ”Tidak hanya di pusat, melainkan juga di daerah sehingga data yang diperoleh sesuai dengan kondisi di lapangan,” ujarnya.
Menurut dia, keberadaan data tersebut diperlukan sebagai latar belakang bagi kebijakan yang diambil pemerintah pusat maupun daerah. Aru mencontohkan, ketika produksi surplus, tidak perlu kebijakan impor atau diperbolehkan dengan alasan tertentu, terutama untuk keperluan stok nasional. ”Bila terjadi anomali di lapangan, mudah dideteksi kalau ada penyimpangan atau masalah di rantai distribusi,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, KPPU mengadakan sidak di berbagai pasar beras di beberapa daerah. Antara lain, Karawang, Jabar, Surabaya, Makassar, dan Medan. Stok beras di berbagai daerah tersebut melimpah. Misalnya, ketika di Surabaya, ada pedagang yang sulit memasok beras ke Jakarta.
Aru menyebutkan, berdasar data Disperindag Jatim, harga beras medium berkisar Rp 9.540-Rp 9.660. Sementara itu, dari hasil sidak, ternyata harga beras medium berada pada rentang Rp 9.500-Rp 10.000 per kg dengan kenaikan Rp 100-Rp 200 per kg.
Melimpahnya stok terlihat dari data produksi padi 2015 yang diperkirakan sebanyak 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik 4,15 juta ton (5,85 persen) jika dibandingkan dengan 2014. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 380,87 ribu hektare (2,76 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 1,54 kuintal/hektare (3,00 persen). (res/c7/tia/rie)
