Fahmi Berhasil Identifikasi Delapan Korban

Satu-satunya Ahli Forensik Gigi Perwakilan Unpad

Jenazah AirAsia QZ8501 banyak yang hancur karena terlalu lama berada di laut. Namun, melalui gigi, identitas korban bisa diketahui. Adalah Fahmi Oscandar, drg., M.Kes., ahli Forensik Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, yang membantu proses identifikasi.

TANPA PAMRIH: Fahmi Oscandar, drg., MKes., (kedua dari kiri) bersama tim DVI Nasional yang membantu identifikasi korban kecelakaan AirAsia di RS Bhayangkara Surabaya.
TANPA PAMRIH: Fahmi Oscandar, drg., MKes., (kedua dari kiri) bersama tim DVI Nasional yang membantu identifikasi korban kecelakaan AirAsia di RS Bhayangkara Surabaya.

BERSAMA enam tim Disaster Victim Identification (DVI) FKG Unpad, Fahmi ikut serta berpartisipasi dalam proses identifikasi jenazah korban AirAsia QZ8501 di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

Tim yang menjadi bagian dari tim DVI Nasional ini bertugas mengidentifikasi jenazah melalui forensik kedokteran gigi yang mencakup Forensik Odontologis dan Radiologi Forensik Kedokteran Gigi. Sebanyak delapan jenazah berhasil diidentifikasi oleh Fahmi. Jenazah tersebut merupakan korban pertama yang ditemukan di kawasan Selat Karimata.

’’Identifikasi jenazah melalui forensik gigi bisa lebih cepat. Dari beberapa jenazah yang hancur, giginya masih bisa diidentifikasi,” ujar Fahmi saat ditemui di Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Unpad, Jalan Sekeloa Selatan, belum lama ini.

Fahmi adalah ahli pertama dari FKG Unpad yang diberangkatkan ke Surabaya. Selama empat hari dari tanggal 1 hingga 4 Januari lalu, dia mengidentifikasi jenazah berdasarkan keahliannya di bidang Forensik Odontologis. Identifikasi ini dibantu oleh dua tenaga medis dari Universitas Hang Tuah dan Trisakti. Keduanya merupakan alumni dari Program Spesialis Radiologi FKG Unpad.

Cara identifikasi yang dilakukan yaitu memeriksa klinis kondisi gigi secara langsung. Seluruh gigi jenazah diperiksa satu persatu lalu didata. Data ini kemudian dipindahkan ke odontogram (catatan medis tentang kondisi gigi).

Proses selanjutnya, dilakukan foto rontgen terhadap gigi jenazah. Hasil rontgen dan odontogram tersebut kemudian disimpan dan disesuaikan dengan data jenazah. Setelah semua proses selesai, barulah Fahmi membandingkan data odontogram jenazah dengan data odontogram sebelum kematian dari dokter gigi yang sempat dikunjungi korban ketika masih hidup.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan