Eropa Lesu, Ganti Arah ke Amerika

BI Kawal Kurs Rupiah Sesuai Fundamental

JAKARTA – Kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terus membaik memengaruhi perkembangan ekspor dalam negeri. Data dari Bank Indonesia (BI) membeberkan bahwa aliran ekspor ke AS belakangan terus meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian negeri itu.

’’Tujuan ekspor kita (Indonesia, Red) tidak lagi ke Eropa. Sekarang kita sedang mengarah ke AS karena pertumbuhan ekonomi mereka cenderung membaik. Diharapkan, dengan hal itu, demand (permintaan) terhadap barang-barang dari dalam negeri juga meningkat. Maka, untuk saat ini ekspor ke AS sedang digenjot,’’ ujar Direktur Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, kemarin.

Selain AS, lanjut Tirta, Tiongkok masih menjadi salah satu negara tujuan ekspor RI. Namun, kondisi ekonomi yang sedang kurang baik di Tiongkok juga berpengaruh pada ekspor domestik. ’’Memang kita masih berusaha untuk terus ekspor ke Tiongkok. Tapi, kebanyakan ekspor ke Tiongkok didominasi oleh barang produksi primer. Mereka (Tiongkok) tren pertumbuhannya juga menurun. Maka, kita harus hati-hati karena pengaruhnya banyak Tiongkok itu buat Indonesia,’’ urainya.

Pelemahan kondisi ekonomi di berbagai negara belakangan ini dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar USD terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Tirta mengungkapkan, meski rupiah juga melemah, BI tetap berusaha menjaga agar nilai tukar sesuai dengan fundamen ekonomi. ’’Itu kan isu competitiveness. BI berusaha menjaga agar rupiah sesuai dengan fundamen. Berbagai aspek juga harus diperhatikan, tidak hanya melihat pergerakan dolar,’’ katanya.

Aspek-aspek tersebut, lanjut dia, yakni capaian inflasi, defisit neraca berjalan, dan capital inflow. ’’Itu koridor fundamental,’’ tambahnya.

Daya saing (competitiveness) rupiah jika dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain juga terus dijaga oleh BI. Tirta mengungkapkan, jangan sampai mata uang berada di level yang terlalu kuat. ’’Sebab, kalau terlalu kuat, kita juga lebih susah untuk melakukan ekspor dibandingkan dengan negara lain yang mau ekspor ke kita,’’ ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekspor nonmigas Indonesia Desember tahun lalu ke AS mencapai USD 1.466 juta, Tiongkok USD 1.334 juta, dan Jepang USD 1.262 juta. Ketiganya memiliki market share mencapai 33,12 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan