Ekspor Mobil Temui Titik Lemah

Terganggu Harga Minyak yang Merosot

JAKARTA – Merosotnya harga minyak menyebabkan kondisi ekonomi negara-negara Timur Tengah tertekan. Hal itu membuat ekspor PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) melemah.

Jika tahun lalu ekspor Toyota tumbuh 35 persen, pada 2015 diperkirakan hanya naik 10 persen. ’’Pasar otomotif 2015 bukan hanya terganggu di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Pasar ekspor diperkirakan melemah terutama di negara-negara penghasil minyak. Turunnya harga minyak membuat permintaan dari negara-negara Timur Tengah tidak sebesar tahun lalu,’’ ujar Vice President Director TMMIN Warih Andang Tjahjono Senin (19/1).

Pengiriman ke Timur Tengah selama ini cukup besar, berkontribusi sekitar 40 persen dari total ekspor tahunan. Dengan kondisi harga minyak yang masih sangat rendah, Warih memerkirakan pasar ekspor ke Timur Tengah tahun ini tidak akan tumbuh tinggi seperti tahun sebelumnya. ’’Tahun lalu ekspor naik 35 persen, tahun ini diperkirakan hanya 10 persen,’’ tambahnya.

Pada 2014, lanjut dia, ekspor Toyota sangat menggembirakan karena mampu tumbuh di atas target 30 persen. Hingga akhir tahun lalu, ekspor Toyota mencapai 160.000 unit atau naik 35 persen dibanding 2013 yang 118.000 unit.

Hal itu membuat komposisi ekspor terhadap produksi TMMIN semakin besar. ’’Sudah mendekati 50 persen, meningkat 10 persen dibanding 2013,’’ sebutnya.

Ekspor Toyota dalam lima tahun terakhir tumbuh pesat. Pada 2009, ekspor mobil utuh (completely built up/CBU) Toyota hanya 31.000 unit, sedangkan saat ini sudah 160.000 unit. Pada 2014 Fortuner menyumbang 54.000 unit, Vios 28.000 unit, Innova 15.000 unit, Avanza 37.000 unit, dan Toyota LiteAce 14.000 unit. ’’Merek lain yang sudah diekspor adalah Agya, Yaris, dan Rush,’’ bebernya.

Vice President Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Suparno Djasmin mengatakan, kondisi perekonomian nasional sepanjang 2014 memang kurang menguntungkan dibandingkan tahun sebelumnya.

Data Gaikindo menyebutkan, total penjualan mobil sepanjang 2014 hanya 1,195 juta unit. Itu berarti turun dibandingkan 2013 sebanyak 1,218 unit. ’’Ada penurunan dua persen, ’’ katanya.

Dari sisi persaingan, Suparno menilai pasar otomotif 2014 jauh lebih ketat dibanding tahun sebelumnya. Beberapa kebijakan seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga acuan BI rate sempat membuat daya beli masyarakat menurun. Di sisi lain, suplai dari produk baru terus bertambah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan