Ekspor Jabar Naik 10,57 Persen

BANDUNG – Badan Pusat Statistik melansir perkembangan ekspor dan impor secara nasional. Tercatat, Jawa Barat (Jabar) merupakan daerah asal barang untuk ekspor yang paling banyak.

RAKYAT ACEH/ARMIADI ANGKUT: Sebuah kapal sedang memuat barang untuk di ekspor keluar dari Pelabuhan Krueng Geukeuh, Aceh Utara.
RAKYAT ACEH/ARMIADI

ANGKUT: Sebuah kapal sedang memuat barang untuk di ekspor keluar dari Pelabuhan Krueng Geukeuh, Aceh Utara.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, berdasarkan provinsi asal barang, Jawa Barat menduduki posisi teratas dalam menyuplai barang ekspor disusul kemudian Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Riau.

’’Secara mounth to month Mei sampai Juni 2015, Jawa Barat masih yang paling tinggi. Begitu pula dilihat secara year to year,’’ ucap dia kepada Bandung Ekspres belum lama ini.

Berdasarkan data BPS Jabar, nilai ekspor Jabar pada Juni 2015 lalu mencapai US$ 2,32 miliar atau naik 10,57 persen dibandingkan dengan Mei 2015, yang nilainya sebesar US$ 2,1 miliar.

Dia menyampaikan, golongan utama yang menopang kenaikan ekspor Jabar salah satunya yakni kelompok komoditas pakaian jadi bukan rajutan yang mengalami kenaikan tercatat sebesar 26,43 persen.

’’Secara kontribusi atau peran terhadap total ekspor, kelompok paling dominan yakni mesin dan peralatan listrik sebesar 17,19 persen senilai US$367,79 juta. Tetapi secara akumulatif Januari hingga Juni 2015, kelompok ini turun 13,37 persen dibanding tahun lalu,’’ paparnya.

Data BPS Jabar menyebutkan, secara akumulatif perhitungan dari Januari-Juni 2015 atau semester I tahun ini, nilai ekspor Jabar turun 4,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari US$13,57 miliar menjadi US$12,95 miliar. ’’Meski turun, nilai ekspor dari Jawa Barat masih paling tinggi. Kalau melihat MTM, memang sudah mulai ada harapan nilai ekspor kita naik lagi,’’ tuturnya.

Selama 13 bulan terakhir di Jawa Barat, nilai ekspor nonmigas tertinggi tercatat pada Oktober 2014 dengan nilai US$ 2,36 miliar dan nilai terendah terjadi pada Februari 2015 dengan nilai US$ 1,96 miliar.

Sementara nilai ekspor migas tertinggi dari Tanah Priangan terjadi pada Juni 2014 dengan nilai US$ 122,73 juta, dan nilai terendah US$ 48,50 juta terjadi pada Maret 2015 lalu.

Ekspor nonmigas Juni 2015 mencapai US$ 2,25 miliar, naik 11,31 persen dibandingkan Mei 2015 yang tercatat hanya US$ 2,02 miliar. Sementara ekspor migas mencapai US$67,57 juta turun 9,65 persen dibanding Mei 2015. ’’Kalau ekspor migas kita turun justru itu bagus, asalkan nonmigasnya naik,’’ sebutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan