Disabilitas Minta Kesetaraan

[tie_list type=”minus”]Butuh Bantuan Infrastruktur, Bukan Sumbangan[/tie_list]

SOREANG – Para penyandang disabilitas seringkali termarjinalkan di masyarakat karena dianggap tidak biasa berinklusi (menyesuaikan diri) baik dengan orang-orang di sekitar ataupun lingkungan tempat mereka berada. Bahkan mereka seringkali dianggap sebagai orang yang sakit yang tidak bisa mandiri.

Hal tersebut terungkap dalam workshop jurnalistik yang diadakan oleh kaum disabilitas di aula kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kemarin (29/9).

Salah seorang pemberi materi yang juga penyandang tuna netra, Jonna Damanik berbagi cerita bahwa keberadaannya seringkali seolah terabaikan. Bahkan ada juga yang memandang kasihan terutama saat menggunakan fasilitas ataupun kendaraan umum.

Suatu hari dia yang tinggal di Jakarta pernah menaiki sebuah taksi untuk pulang ke rumahnya di kawasan Jatinegara. Namun saat sampai di tempat tujuan dan hendak memberi ongkos, sopir taksi tidak menerima uangnya dan berlalu sambil mengatakan bahwa dia (sopir) hanya meminta doa.

”Perlakuan seperti itu sebenarnya sudah sering diterima dan sudah saatnya manusia nondifabel itu bisa menghargai kita sebagai manusia seutuhnya,” ujarnya disela memberi materi.

Bukan hanya itu, seorang peserta workshop Yani, penyandang tuna daksa juga kerap mendapat perlakuan yang sama. Kebanyakan kendaraan umum tidak bersedia membawanya sebagai penumpang karena dianggap merepotkan. ”Kalaupun ada angkot yang mau narik saya, pasti ongkosnya jadi dua bahkan tiga kali lipat,” urainya.

Perlakuan semacam itu, kata dia, memang harus segera dihentikan. Sebab, kaum difabel juga bisa mandiri dan beradaptasi sama seperi halnya manusia normal.

Dia menilai, jumlah warga penyandang disabilitas ini amat besar bisa mencapai 10 persen dari jumlah penduduk. Kalkulasinya, Kabupaten Bandung yang jumlah penduduknya 3,4 juta, maka ada sekitar 340.000 orang yang termasuk kaum difabel. Hanya saja pemerintah tak memiliki data resmi jumlah penyandang disabilitas ini.

”Seperti data di Dinsos Kabupaten Bandung yang menyatakan jumlah penyandang disabilitas sekitar 7.000 orang. Data di instansi lain seperti Dinkes pasti beda,” ucapnya.

Jonna beserta semua kaum disabilitas lainnya,saat ini memang terus menyuarakan keinginan mereka terutama terkait aksesibilitas. Sebab, hal tersebut merupakan hal yang paling vital. ”Bagaimana kita bisa mandiri kalau aksesnya saja tidak ada?” tanyanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan