Desa Wisata Tak Berkesan

[tie_list type=”minus”]Tidak Memiliki Ikon Khusus untuk Tarik Wisatawan[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Desa wisata di Kabupaten Bandung harus memiliki ikon tersendiri. Dengan begitu, wisatawan lokal dan mancanegara bisa lebih memiliki kenangan terkait lokasi wisata yang dikunjungi.

Desa Wisata
Istimewa

MANDI UAP: Sejumlah wisatawan saat berkunjung ke kawah Kamojang baru-baru ini.

Kabid Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan pariwisata (Dispopar) Kabupaten Bandung Rully Jati Permana menilai, sebanyak sepuluh desa wisata yang di-SK-kan Bupati Bandung, hanya bebarapa saja yang memiliki ikon.

”Kesepuluh desa wisata itu belum seluruhnya memiliki ikon. Sehingga wisatawa tidak banyak mengenang soal keberadaan pariwisata yang dkunjunginya itu,” ujarnya.

Selama ini, kata dia, masyarakat yang memiliki kemauan untuk berkunjung ke desa wisata hanya kalangan tertentu saja. Hal itulah yang bisa menjadi alasan sepuluh desa wisata kurang mendapatkan perhatian khusus.

”Padahal desa wisata yang memiliki ikon akan selalu menjadi daya tarik dan nilai juga tersendiri. Mungkin itu juga bisa jadi alasan wisatawan kurang minat ke suatu lokasi wisata. Sehingga enggan berkunjung di kemudian hari,” tambahnya.

Dia menjelaskan, sepuluh desa wisata itu masing-masing desa Panundaan dan Rawabogo (Kecamatan Ciwidey) yang memiliki produk unggulan peternakan kelinci, pertanian, perikanan, dan kerajinan tangan. Desa Lebakmuncang dengan keunggulan kerajinan tangan. Kemudian, Kelurahan. Jelekong (Kecamatan Baleendah) yang terkenal dengan seni lukis, wayang golek, dan kuliner tradisional sebagai desa wisata. Desa Ciburial (Kecamatan Cimenyan) dengan kekhasan seni budaya dan peternakan dan Desa Cinunuk (Kecamatan Cileunyi) berupa kampung seni dan kuliner. Lalu Desa Laksana (Kecamatan Ibun) juga masuk dalam desa wisata dengan potensi Kawah Kamojang dan hasil pertanian/perkebunan.

Sementara itu, Ade Sukmana pengelola desa wisata Lamajang Kecamatan Pangalengan mengaku, potensi desa wisata selama ini memiliki nilai lebih ketimbang desa lainnya. Desa wisata memiliki pendapatan asli daerah (PAD) dari wisata alam yang dimilikinya. Sehingga desa itu harus maju, makmur dan berdaya saing dengan desa lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan