Citarum masih Tercemar

 [tie_list type=”minus”]Disebabkan Buruknya Tata Ruang Kabupaten Bandung[/tie_list]

SOLOKANJERUK – Sekitar 27 juta jiwa penduduk Jawa Barat dan 10 juta penduduk DKI Jakarta merupakan pemanfaat air Sungai Citarum. Namun, buruknya kualitas air Citarum masih menghantui.

Salah satu penyebabnya adalah buruknya tata ruang di Kabupaten Bandung, dan adanya pembagian yang tidak merata antara pihak perumahan, pertanian dan industri.

Kepala Bidang Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Bandung Dr Ir Anang S M Sc mengatakan, air adalah salah satu sumber kehidupan. ’’Kalau kita kembali kepada sumber kehidupan yang mencakup sumber air, pangan, energi, kesehatan dan lingkungan. Itu merupakan suatu kebutuhan dalm kehidupan sehari-hari,’’ katanya saaat ditemui dalam kegiatan diskusi ‘Membangun Kesadaran Masyarakat Berbasis Budaya untuk Menata Kelola DAS Citarum yang Berkelanjutan di Aula Kecamatan Solokan Jeruk kemarin (3/6).

Meski masih ada permasalahan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, namun dia memprioritaskan soal kesehatan lingkungan yang cakupannya luas. ’’Kita Bisa menuntut pemerintah, karena tidak menghadirkan lingkungan hidup yang baik. Namun semua itu harus ada keinginan dari pemerintah yang sedang berkuasa saat ini. Karena lebih dari 18 persen wilayah Jawa Barat masuk wilayah Citarum,’’ tambahnya.

Anang mengatakan, jika tiga waduk besar di Sungai Citarum terganggu, akan memberi dampak kepada Jawa Barat hingga ke pulau Bali selaku pemanfaat sumber energi listrik.

Jika sudah tidak dapat ditanggulangi, Anang mempertanyakan kehigienisan Sungai Citarum ke depannya. ’’Apakah masih layak untuk digunakan nanti?. Karena ketika sudah tidak ada sumber daya air, itu merupakan kiamat kecil,’’ tuturnya.

Dia mencontohkan ait yang ada di daerah Ciwalengke, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya yang airnya sudah bau pekat. Ditambah lagi dengan adanya sekitar 450 hektare dari luas 750 hektare lahan sawah di Rancaekek tercemar berat. ’’Dan sebagian ibu- ibu sudah terkena penyakit kulit dan penyakit dalam. Itu semua disebabkan karena erosi, sedimentasi tercemar berat,’’ terang dia.

Agar tidak sampai merusak ke daerah yang lebih jauh, Anang berkesimpulan bahwa kerusakan Citarum sebagian besar disebabkan manusia. Oleh karena itu, dia berharap peran aktif masyarakat dalam pengendalian dan pengelolaan Sungai Citarum.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan