Cetak Pemuda Potensial

Cimahi – Kebanyakan masyarakat tidak akan pernah menduga, sejak dulu Cimahi mempunyai pemuda-pemuda potensial yang juga memiliki visi dan filosofi.

Jana Buana
LIA AMALIA/CIMAHI EKSPRES

PRESTASI MEMBANGGAKAN: Pendiri Jana Buana Anong sedang mengalungkan medali kepada pemenang Kejuaraan Burangrang Mountain Race akhir pekan kemarin.

”Alam itu ibu, orang yang mencintai alam sama dengan mencintai ibu,” ungkap Anong, pendiri Komunitas Pencinta Alam, Jana Buana.

Anong menceritakan sejarah mahasiswa Cimahi yang memprakarsai didirikannya IMT (Ikatan Mahasiswa Tjimahi). Pada 1969 mahasiswa Cimahi mendirikan wadah yang anggotanya terdiri dari mahasiswa dari seluruh Universitas di Indonesia yang berasal dari Cimahi.

”Namun seiring waktu, kami menangkap potensi dari pemuda-pemuda Cimahi dan sayangnya hal tersebut tidak sesuai dengan AD/ART IMT sehingga didirikanlah sebuah biro khusus di IMT yaitu Jana Buana agar selain mahasiswa para pemuda Cimahi yang mencintai alam bisa masuk menjadi anggota IMT,” paparnya.

Jana Buana, tutur Anong berasal dari bahasa Sanksekerta. Jana bermakna Manusia sedangkan Buana bermakna alam, sehingga Jana Buana adalah manusia alam. ”Manusia alam mempunyai tiga prinsip, long march, survivel, dan bipak. Hal ini mengandung prinsip nabi Adam, long march, jalan, survival makan apa saja, dan bipak tidur di mana saja. Itulah prinsip manusia alam,” lanjut Anong.

Salah satu kegiatan Jana Buana adalah mengadakan BMR (Burangrang Mountain Race). Pada Sabtu dan Minggu (6-7 Juni) yang lalu, Jana Buana menyelenggarakan BMR yang ke-15. ”BMR ini diadakan hampir setahun sekali atau paling lama dua tahun sekali. BMR pertama diadakan pada 1972,” ungkap Anong lagi.

Hal luar biasa yang pernah pemuda dan mahasiswa Cimahi pada waktu itu, lanjut Anong, adalah menyatukan seluruh pencinta alam Indonesia di Cimahi dengan mendirikan sebuah federasi.

Di bagian lain, sejarah Jana Buana yakni menggeluti ketahanan organisasi yang digerus oleh waktu, pemuda zaman dahulu melakukan generarisasi dengan mencintai alam. ”Kami bahkan melakukan operasi semut untuk memungut sampai di gunung Burangrang, dan itu dilakukan secara sukarela,” pungkas Anong. (mgc2/rie)

Tinggalkan Balasan