Banjir Mirip Isi Ulang

[tie_list type=”minus”]Siswa Harus Belajar dalam Kondisi Basah[/tie_list]

bandungekspres.co.id– Sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai, para siswa di SDN 7 Dayeuhkolot harus rela bergotong royong untuk membersihkan kelas. Sebab, ruang kelas mereka kerap terendam banjir saat musim hujan.

Pemandangan tersebut juga terlihat, kemarin (14/12). Kendati bertahun-tahun kerap kebanjiran, namun sekolah tersebut sampai saat ini belum mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Padahal sekolah tersebut mempunyai 249 siswa paling banyak dibandingkan SD di sampingnya.

Meski demikian, Ahmad Suparna, salah seorang guru di SDN 7 Dayeuhkolot mengaku, tidak memaksakan perhatian pemerintah untuk merenovasi atau memindahkan sekolah tersebut ke tempat yang lebih baik. Baginya, bangunan sekolah dasar lain lebih membutuhkan bantuan pemerintah.

”Kalau memang dibilang sering kebanjiran, iya. Ratusan kali kebanjiran,” kata Ahmad kemarin.

”Sejauh ini kondisi bangunan masih baik. Mungkin malah sekolah lain lebih memerlukan bantuan,” tambahnya.

Setiap banjir datang, para guru bahkan siswa kelas 5 dan kelas 6 bekerja sama untuk membersihkan ruangan kelas untuk membantu penjaga sekolah. ”Sebab, KBM tidak boleh terputus. Walau pun banjir setinggi apapun, pihak sekolah siap untuk melaksanakan KBM,” ungkapnya.

Ahmad menuturkan, jika ruang kelas sudah tidak bisa terpakai karena tingginya volume air, maka para guru pun tak keberatan untuk mengajar di lokasi pengungsian atau rumah warga.

”Meski memang berdasarkan kesepakatan dengan murid. Sebab, rata-rata siswa di sini, warga yang rumahnya kebanjiran,” ungkapnya.

Meski woles dengan kondisi yang ada, namun, dia tetap berharap ada perhatian dari pemerintah atau instansi terkait pendidikan. Acuannya, penyelamatan aset negara, inventaris meja, buku, kursi lemari dan sebagainya.

Sementara itu, penjaga sekolah SDN 7 Dayeuhkolot, Endang Turmana mengungkapkan, untuk Desember ini, sekolah SDN 7 ini sudah terkena banjir sebanyak tujuh kali. Volume ketinggian air paling tinggi 50 sentimeter. ”Kalau hujannya terus-terusan, ketinggian air bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Dia mengaku, miris terhadap murid yang mau tidak mau harus membantu dirinya membersihkan lumpur sisa banjir. Terlebih, kondisi rumah masing-masing siswa juga kebanjiran. ”Di sini mereka kembali basah-basahan, kasihan juga,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan